Padang

Padang
Padang Pasir

Kamis, 04 Februari 2010

SIWAK Warisan Islam Yang Terabaikan



Salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. yang sering dilupakan adalah urusan bersiwak. Karena melupakan hal ini, pasukan Islam pernah mengalami kalah perang.

Diantara bentuk kesempurnaan syariat Islam adalah perhatian terhadap urusan kebersihan dan kesehatan. Salah satunya adalah bersiwak dan sikat gigi. Kegiatan tersebut merupakan perbuatan sunnah yang diganjar pahala. Beliau bersabda, "Siwak itu pembersih mulut dan mendapat keridhaan dari Rabb". (Riwayat Ahmad).

Rasulullah SAW biasa membersihkan giginya usai bangun tidur dan menjelang wudlu dengan siwak. Ummu al-mukminin Aisyah Radhiyallahu'anha (ra) meriwayatkan, "Kami biasa menyiapkan sebuah siwak dan air untuk wudlu bagi Rasulullah SAW. Kapanpun Allah menghendaki beliau bangun dari tidur malam, beliau akan membersihkan giginya dengan siwak, mengambil wudlu, lalu mendirikan sholat." (Riwayat Muslim).

Sejarah Siwak

Berbagi cara membersihkan gigi telah muncul sejak dahulu kala. Mulai dengan bulu ayam, duri landak, tulang, kayu, hingga ranting-ranting digunakan sebagai alat pembersih gigi. Sejarah siwak atau miswak ini sendiri bermula pada masa Babilonia, 7000 tahun yang silam. Ia telah banyak digunakan pada zaman kerajaan Yunani dan Romawi.

Masyarakat Arab juga telah familiar dengan siwak jauh sebelum kedatangan Islam. Biasanya mereka menggunakan akar dan ranting segar dari sejenis Pohon Arak (Salvadora Persica). Pohon arak tersebut mudah dijumpai di daerah Benua Asia Tengah dan Afrika. Bentuknya kecil, mirip belukar dengan batang yang bercabang-cabang. Berdiameter kira-kira 0,1 hingga 5 cm. Jika kulit rantingnya terkelupas, akan timbul warna agak keputihan dengan juntaian serat yang banyak terlihat. Akar pohon Arak berwarna cokelat namun bercorak putih di bagian dalamnya. Dengan aroma khas seperti daun seledri yang menjadikannya terasa agak pedas.

Setiap komunitas masyarakat memiliki nama khas untuk siwak tersebut. Di daerah Timur Tengah, siwak biasa dikenal dengan sebutan miswak atau arak. Di Tanzania disebut miswak, sedang masyarakat Pakistan dan India menggelarinya dengan datan atau miswak.

Khusus daerah Timur Tengah, bahan yang sering digunakan adalah jenis pohon Arak (Salvadora Persica). Orang Afrika Barat biasa memakai pohon Limun (Citrus Aurantifolia) dan pohon Jeruk (Citrus Sinesis) sebagai bahan utama bersiwak. Masyarakat asli benua Amerika yang berkulit negro memakai akar tanaman Senna (Cassiva Vinea). Penduduk kota Sierra Laone, Liberia memanfaatkan Laburnum Afrika (Cassia Sieberianba). Sedang komunitas pengguna siwak di daerah India biasa menjadikan tanaman Neem (Azadirachta Iindica) sebagai bahan utama dalam bersiwak.

Seiring perjalanan waktu, Rasulullah lalu menetapkan pengguna siwak sebagai bagian dari sunnah Nabi. Meski demikian, kini istilah siwak bisa digunakan untuk semua jenis ranting atau akar pohon yang biasa dipakai untuk bersiwak. Tentunya dengan beberapa persyaratan tertentu, seperti lembut, sanggup membersihkan, bersifat basah, dan memiliki serat. Alhasil, akar atau batang yang tak berserat tidak boleh digunakan untuk bersiwak. Serat-serat yang ada juga tak boleh berjatuhan ketika dipakai sebab hanya akan mengotori mulut. Pun demikian, akar atau ranting kayu sebaiknya tak boleh keras sebab berpotensi merusak gsi dan email gigi.

Kandungan Kayu siwak

Sebuah penelitian terhadap kayu siwak (al-Lafi dan Ababneh/1955) menyebutkan, siwak mengandung sejumlah mineral alami yang mampu membunuh bakteri, melenyapkan plak, serta mencegah gigi berlubang, dan memelihara gusi. Dalam setiap batangnya, kayu siwak mempunyai kandungan berbagai zat kimiawi yang bermanfaat, diantaranya: Anti bacterial acids, seperti astringents, abrasive, dan detergents. Semua zat tersebut berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, dan menghentikan pendarahan pada gusi.

Selain itu, kayu siwak juga mengandung zat kimia seperti: Chlorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins, dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi membersihkan gigi, memutihkan, serta menyehatkan gigi dan gusi. Tak jarang bahan-bahan tersebut dipergunakan sebagai bahan membuat pasta gigi. Diantara kandungan yang lain adalah adanya aroma alami berupa rasa dan bau yang segar. Menjadikan mulut si pemakai menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.

Keistimewaan siwak lainnya yaitu kandungan enzim yang bertugas mencegah pembentukan plak yang menyebabkan radang gusi. Zat yang tak kalah penting berupa anti decay agent (zat anti pembusukan). Ia berfungsi menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu, siwak juga berperan merangsang produksi saliva (air liur) lebih, sebagai organik mulut yang membersihkan mulut.

Siwak dan Tinjauan Media

Sudah menjadi rahasia umum, jika sisa-sisa makanan yang terdapat pada sela-sela gigi, menjadikan daerah mulut sangat berpotensi dalam pembusukan sekaligus perkembangan berjuta-juta bakteri. Bila tak dibersihkan secara teratur, maka dengan mudah ia akan melahirkan ragam keluhan di sekitar mulut. Mulai dari yang paling ringan, bau mulut yang tak sedap hingga adanya gigi berlubang, gigi keropos, radang gusi, dan berbagai penyakit lainnya.

Keunggulan siwak juga terdapat pada batangnya yang elastis dan ukurannya yang berdiameter kecil. Menjadikan kayu siwak bersifat lebih fleksibel dibanding yang lain. Dengannya ia sanggup menjelajah ke rongga-rongga mulut yang paling sulit dan dalam sekalipun. Alhasil, siwak mampu membersihkan lebih bersih dan mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi sekaligus menghilangkan plak yang ada. Selain itu, siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi. Sebab siwak lebih dari sekadar sikat gigi biasa.

Sebuah penelitian (Erwin dan Lewis/1989), juga menyebutkan jika pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat. Penelitian lain pernah diadakan dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak. Hasilnya? pasta gigi dengan campuran butiran bubuk siwak lebih sempurna bagi kesehatan gigi.

Bahkan dengan berbagai penemuan tersebut, tak heran jika Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) berani merekomendasikan siwak sebagai sarana kesehatan yang patut dilestarikan dan disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini juga menjadi garansi bagi banyak perusahaan-perusahaan raksasa di dunia untuk memasukkan campuran bubuk siwak ke dalam berbagai produk pasta gigi mereka.

Siwak dalam Keseharian

Sejatinya, bersiwak itu tak terikat dengan waktu-waktu tertentu. Kapanpun orang sah-sah saja melakukannya. Namun meski demikian, ada beberapa waktu tertentu yang dianjurkan untuk dipakai. Diantaranya, ketika bangun dari tidur. Bahkan dalam riwayat disebutkan, Nabi meletakkan siwaknya di dekat kepalanya. Hingga setiap kali Nabi bangun, beliau langsung bersiwak.

Nabi juga biasa bersiwak menjelang wudlu atau ketika hendak sholat. Selain itu, bersiwak juga dianjurkan setiap ingin memasuki rumah atau ketika hendak membaca al-Qur'an dan ibadah lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar