Muharrom menjadi mulia bulan mulia karena memang dipilih Allah Ta’ala sebagai salah satu bulan dari 4 bulan mulia (Asyhurul-Hurum).
Allah berfirman dalam surat At-Taubah 36:
Artinya :
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram[640]. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri[641] kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
====================
[640]. Maksudnya antara lain ialah: bulan haram (bulan Dzul-Qaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah haram (Mekah) dan Ihram.
Dalam suatu riwayat dikemukakan peristiwa sebagai berikut: Pada bulan Dzulqaidah Nabi Muhammad dengan para shahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan umrah dengan membawa qurban. Setibanya di Hudaibiah, dicegat oleh kaum Musyrikin, dan dibuatlah perjanjian yang isinya antara lain agar kaum Muslimin menunaikan umrahnya pada tahun berikutnya. Pada bulan Dzulqaidah tahun berikutnya berangkatlah Nabi Muhammad beserta shahabatnya ke Mekah, dan tinggal di sana selama tiga malam. Kaum musyrikin merasa bangga dapat menggagalkan maksud Nabi Muhammad untuk umrah pada tahun yang lalu. Allah Ta’ala membalasnya dengan meluluskan maksud umrah pada bulan yang sama pada tahun berikutnya. Turunnya ayat tersebut di atas (S. 2: 194) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.)
[641]. Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan.
Para ulama’ berbeda pendapat tentang bulan manakah yang lebih mulia daripada bulan yang lainnya diantara empat bulan ini?
Imam Hasan berkata, yang paling utama dari beberapa bulan tersebut adalah bulan Muharrom.
Dalam kitab ذكريات ومناسبات halaman 24 Abuya Assayyid Muhammad bin ‘Alawy Al-Maliky Al-Hasany menjelaskan bahwa kemuliaan bulan Muharrom disamping karena ayat di atas, juga karena Rosululloh sengaja memilihnya sebagai bulan mulia dengan menyebutnya sebagai SYAHRULLOH ; شهر الله ; bulan Alloh. Sebutan ini sama persis dengan Nabi Muhammad dipilih Alloh dengan sebutan Rosululloh ; رسول الله, Nabi Ibrohim dipilih sebagai kekasih lebih dari para nabi yang lain dengan sebutan KHOLILULLOH ; خليل الله . Bahkan ketika banyak bangunan dari batu didirikan di muka bumi ini, tetapi Alloh hanya memilih Masjidil Harom yang di dalamnya ada Ka’bah dan Hajar As’a, demikian juga bangunan-bangunan (masjid) yang digunakan untuk menyembah hanya kepada Alloh saja dengan sebutan BAITULLOH ; بيت الله .
Lebih dari itu Abuya juga menjelaskan lebih detail lagi tentang kemuliaan bulan pertama di tahun Hijriyah ini juga Asyhurul-hurum yang lain, dengan sebuah penjelasan yang dinukil dari pendapat Asy-Syaikh Ali bin Abi Tholhah dan Asy-Syaikh Ibnu Rojab yang mengatakan bahwa 4 bulan tersebut mempunyai kehormatan karena mendapat kehormatan langsung dan khusus dari Alloh Ta’ala. Karena beribadah pada bulan-bulan tersebut sangat besar pahalanya dari pada dilakukan di luar asyhurul – hurum, di samping itu apabila ada seseorang berbuat dosa di dalam asyhurul-hurum maka dosanya pun juga dilipat-gandakan.
Dari sisi sejarah peradaban manusia, kita bisa mengambil ‘ibroh dan contoh kasuksesan dan keberhasilan para nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad, bahkan pada peradaban manusia era nabi Muhammad sendiri hingga kini, ternyata Alloh Ta’ala berkehendak menempatkan bulan Muharrom sebagai bulan awal perubahan kehidupan manusia. Misalnya ;
1. Nabi Adam ‘alaihissalam mengawali kesuksesan hidup di bumi ini dengan diterima taubatnya oleh Alloh yang juga tepat di bulan Muharrom ini. Jadi Selama perpindahan serta perpisahan Nabi Adam dan ibunda Hawwa’ dari sorga ke bumi beliau beristighfar terus dengan bacaan istighfar yang diabadikan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an di surat ke-7 Al-A’rof ayat 23 juz 8 ;
Artinya;
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.
Maka tepat tanggal 10 Muharrom atau yang dikenal dengan sebutan hari ‘Asyuro Allah Ta’ala menerima taubat dan istighfar nabi Adam ‘Alaihis-Salaam.
Peristiwa kedua dalam sejarah peradaban dunia, Nabi Nuh ‘Alaihis-Salaam, ternyata sukses dalam menjalani hidup dengan kesabaran yang luar biasa hingga Allah Ta’ala memilihnya sebagai salah seorang Nabi yang bergelar ‘Ulul ‘Azmi. Namun sekali lagi Allah Ta’ala sengaja menempatkan puncak cerita kehidupan Nabi pembuat Kapal ini, juga dalam bulan Muharrom. Yaitu saat Alloh Ta’ala menyelamatkan Nabi Nuh dan 99 pengikutnya dalam kapal dari banjir bandang terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia. Maka berlabuhlah kapal nabi Nuh di bukit Judiy. Cerita ini diabadikan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an surat ke-11 Hud ayat 44 juz 12, yang artinya :
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim.”
Ternyata Nabi Nuh juga mempunyai amalan istighfar seperti Nabi Adam namun dengan redaksi yang berbeda :
Nabi Musa Alaihis-Salaam, juga mempunyai cerita yang sama. Di bulan Muharrom Allah sengaja memilihnya sebagai bulan awal kesuksesan karena di hari ke-10 Muharrom Allah Ta’ala menyelamatkan dari kejaran Fir’aun. bahkan Fir’aun pun ditenggelamkan pada hari yang sama. dan ternyata Nabi musa pun punya istighfar :
Dalam hadits Rosullullah yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i dari hadits Abi Dzar, beliau berkata : aku bertanya kepada Rosullulloh shollallohu ‘alaihi wasallam, “malam apakah yang paling utama dan bulan apakah yang paling utama?” Maka beliau menjawab : “Sebaik-baik malam adalah pertengahan malam, dan paling utamanya bulan adalah bulan yang kalian semua berdo’a didalam bulan tersebut, yakni Muharrom”.
Kita juga tahu Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia dalam keadaan lemah yang tidak mempunyai daya apapun. Dan diantara kelemahan yang selalu menghinggapi manusia adalah lupa. Baik itu lupa akan pekerjaan yang telah dilakukan, lupa dimana kita menempatkan barang, ataupun lupa akan dosa yang telah kita lakukan.
Akan tetapi, walaupun Allah subhanahu wa ta’ala memberikan sifat lupa kepada manusia, yang dengan lupa tersebut manusia menjadi durhaka dan berbuat seenaknya (ma’shiat), Allah memberi kita dan menyiapkan bagi kita pelebur dosa yang dapat membersihkan dosa yang telah mereka lakukan. Diantara sarana yang disediakan Alloh adalah :
1. Segera menyusul kejelekan yang telah dilakukan dengan kebaikan. Karena dengan itu, niscaya kebersihan akan melebur dosa-dosa akibat kejelekan yang telah dilakukan.
2. Banyak membaca sholawat kepada Rosullulloh shollallohu alaihi wasallam.
3. Banyak membaca istighfar dan menyesali dosa yang telah dilakukan.
Ketiga hal ini adalah kebaikan secara umum yang bisa kita lakukan dimana saja dan kapan saja. Sementara itu, disana ada waktu dan tempat yang kita dianjurkan secara khusus untuk memanfaatkannya sebagai sarana pelebur dosa dan memohon ampun. Salah satu dari waktu yang dianjurkan itu adalah pada bulan Muharrom, tepatnya pada tanggal 10 Muharrom, yang biasa dikenal dengan Asyuro.
Pada waktu Asyuro tersebut, Rosullulloh menganjurkan umatnya agar menggunakan dengan baik hari itu untuk meminta ampunan pada Allah dengan cara berpuasa pada hari itu. Dan diantara fadhilah (keutamaan) puasa Asyuro adalah melebur dosa kita setahun yang telah lewat.
Akan tetapi, karena puasa Asyuro juga dijalankan oleh orang-orang Yahudi, maka agar kita sebagai Muslim tidak menyerupai mereka, kita disunnahkan juga berpuasa sehari sebelum Asyuro, yaitu pada tanggal 9 Muharrom, yang dikenal dengan Tasu’a. Atau puasa sehari sesudah Asyuro’ yakni tanggal 11 Muharrom.
SEJARAH HARI ASYURO
Hari Asyuro dan puasa didalamnya tidak hanya dikenal pada zaman Rosullulloh shollallohu alaihi wasallam saja. Akan tetapi puasa hari Asyuro sudah dikenal pada zaman jahiliyah.
Dalham bin Sholeh bertanya pada Ikrimah, “Ada apa dengan Asyuro?” Ikrimah pun menjawab : “Orang Quraisy pernah melakukan dosa pada masa jahiliyah, dan dosa itu terasa berat dihati mereka. Mereka pun bertanya, bagaimanakah cara mereka bertaubat? Maka dikatakan bahwa mereka pun harus berpuasa pada tanggal 10 Muharrom (Asyuro)”.
Disamping sebagai sarana pelebur dosa, maka puasa Asyuro juga merupakan sebuah hari raya atau hari ulang tahun mengenang semua kejadian besar yang pernah ada didunia ini. Diantara kejadian-kejadian besar tersebut adalah :
1. Asyuro adalah hari pertama sejarah peradaban manusia dimulai, yakni ketika Nabiyulloh Adam alaihissalam bersama istrinya, sayyidatuna Hawwa turun kedunia.
2. Pada hari itu Allah banyak sekali menerima taubat hamba-hambaNya yang bersalah, diantaranya pada hari itu Allah menerima taubat Nabiyulloh Adam alaihissalam, taubat kaum Nabiyulloh Yunus alaihissalam dan taubat kaum Nabi Musa alaihissalam.
3. Pada hari itu Nabiyulloh Musa alahissalam dan kaumnya selamat dari kejaran Fir’aun dan tentaranya, sekaligus hari tengelam dan kematian Fir’aun beserta pasukannya dilaut Merah.
4. Pada hari itu pula, perahu Nabiyulloh Nuh alaihissalam berlabuh digunung Judiy.
Sebagai rasa syukur, maka Nabiyulloh Nuh dan Nabiyulloh Musa alaihimassalam pun berpuasa pada hari itu.
AMALAN SELAIN PUASA HARI ASYURO
Untuk menambah tabungan amal kita, selain puasa, ada beberapa amalan lain yang bisa dikerjakan pada hari Asyuro, yaitu :
1. Bersilaturrohim pada sanak saudara.
2. Bershodaqoh.
3. Mandi dengan niat taubat (mandi taubat)
4. Bercelak.
5. Berkunjung pada orang-orang Alim (orang yang mengerti ilmu agama)
6. Berbelas kasihan pada anak yatim dengan mengusap kepalanya dan memberinya uang atau yang lainnya.
7. Tawassu’ lil iyyaal, atau memberi keleluasaan pada keluarga. Sebagai contoh semisal menu makanan pada hari biasa adalah nasi, tempe dan sambal saja, maka pada hari Asyuro mengistimewakan makanan dengan makanan yang lebih disukai oleh keluarga.
8. Memotong kuku.
9. Membaca surat al Ikhlas sebanyak 1000x.
Kita juga dianjurkan pada sore hari dihari tersebut agar membaca istighfar yang telah dibaca oleh para Nabi. Dipilihnya istighfar para nabi utamanya sayyidul istighfar adalah dalam rangka mengambil ibroh, semangat dan manfaat. Atau dalam istilah ulama yang lain disebut dengan TAFA’ULAN ; تفاؤلا ;(NGALAP KETULARAN, bahasa jawa). Sebagaimana Imam Asy-Saafi’i dalam bab Fadlo’ilul-A’maal ; motifasi untuk beramal sholih, beliau lebih suka mengambil Hadits Dloif dari pada mengambil pendapat seseorang (ulama).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar